Membangun Spiritualitas Kosmis: Belajar dari Spiritualitas Kosmis Masyarakat Jawa Bersama Raimon Panikkar dan Pierre Teilhard De Chardin
Keywords:
cosmic spirituality, universe, cosmotheandrik, Panikkar, Teilhard, spiritualitas kosmis, alam semesta, kosmotheandrikAbstract
Abstract
Humans are part of the universe (cosmos). However, this is often neglected in awareness and action. No exception in human efforts to build and develop a spirit and purpose in life which is called spirituality. Often, humans develop features of spirituality that ignore the cosmic dimension. In fact, the universe is a reality that has undeniably provided life for humans and all creation, including enabling the actualization of God in the midst of His relationship with humans and all of creation. The author views that to develop a more complete spirituality, it is necessary to build a spirituality that is more cosmic in character, meaning that deliberately and consciously involve the cosmos as an important element in building spirituality. The way to get there can be found, among others, by reflecting on the Cosmic Spirituality of the Javanese people, the Cosmotheandric concept according to Raimon Panikkar and also the views of the Cosmic Christ from Pierre Theilhard de Chardin, all of which direct humans to better understand their position and relationship with God and the other creatures, all of which occur in the one and the same cosmos.
Abstrak
Manusia adalah bagian dari alam semesta (kosmos). Namun, hal tersebut seringkali diabaikan dalam kesadaran dan tindakan. Tidak terkecuali di dalam upaya manusia membangun dan mengembangkan sebuah semangat dan tujuan hidup yang disebut dengan spiritualitas. Tak jarang, manusia membangun dan mengembangkan corak-corak spiritualitas yang justru mengabaikan dimensi kosmos. Padahal alam semesta merupakan realitas yang secara tak terbantahkan telah memberikan kehidupan bagi manusia dan seluruh ciptaan, termasuk memungkinkan aktualisasi Allah di tengah relasi-Nya dengan manusia dan seluruh ciptaan. Penulis memandang bahwa untuk mengembangkan sebuah spiritualitas yang lebih utuh, diperlukanlah upaya membangun spiritualitas yang lebih bercorak kosmis, artinya secara sengaja dan sadar melibatkan kosmos sebagai unsur penting di dalam membangun spiritualitas. Jalan menuju ke sana bisa didapatkan antara lain dengan berefleksi dari Spiritualitas Kosmis masyarakat Jawa, konsep Kosmo-theandrik menurut Raimon Panikkar dan juga pandangan mengenai Kristus Kosmis dari Pierre Theilhard de Chardin, yang semuanya mengarahkan manusia untuk lebih bisa memahami posisi dan relasinya dengan Allah dan ciptaan yang lain, yang kesemuanya terjadi di dalam kosmos yang satu dan sama.