YESUS DALAM IHYA' ULUM AD-DIN: Membaca Konteks Perkataan-Perkataan Yesus dalam Ihya' Ulum Ad-Din yang Beresonansi Sangat Kuat dalam Injil Kanonik
Keywords:
Jesus, Ihya, Gospel, Resonate, al-Ghazali, Yesus, Injil, ResonansiAbstract
Abstract
The name “Jesus” in Ihya' Ulum ad-Din is mentioned 161 times, some related to the phrase “Jesus said” is mentioned 75 times and selected 5 which resonate very strongly in the Canonical Gospels. Studied to read the context that the guidance teacher (Sufi) limits his teaching that is appropriate to understanding and beneficial to students, the scholars of the world who tend to hold lies and the scholars of the hereafter who tend to hold the truth, dress as a sign of arrogance or humility, the wealth necessary to live and the greatness necessary to influence the heart, and surrender as dependence on God. Christians who read Ihya' Ulum ad-Din can appreciate, enrich and transform themselves by providing teachings according to the needs of the congregation, do not prioritize in enjoying worldly pleasures, dress modestly and elegance, wealth necessary for the necessities of life, and surrender to God.
Abstrak
Nama “Yesus” dalam Ihya' Ulum ad-Din disebut 161 kali, beberapa berkaitan dengan kalimat “Yesus berkata” disebut 75 kali dan dipilih 5 yang beresonansi sangat kuat dalam Injil Kanonik. Dikaji untuk membaca konteksnya bahwa guru pembimbing (Sufi) membatasi pengajarannya yang sesuai dengan pemahaman dan bermanfaat bagi pelajar, ulama dunia yang cenderung memegang kebohongan dan ulama akhirat yang cenderung memegang kebenaran, pakaian sebagai tanda keangkuhan atau kerendahan hati, kekayaan yang perlu untuk hidup dan keagungan yang perlu untuk mempengaruhi hati, dan berserah diri sebagai kebergantungan kepada Allah. Umat Kristen yang membaca Ihya' Ulum ad-Din dapat mengapresiasi, memperkaya dan mentransformasi diri dengan memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan jemaat, tidak mengutamakan dalam menikmati kesenangan duniawi, berpakaian yang pantas dan sederhana, kekayaan yang perlu untuk kebutuhan hidup, dan berserah kepada Allah.